Industri alas kaki domestik berpeluang memperoleh limpahan order dari China, menyusul situasi pasokan listrik yang ketat dan memengaruhi produktivitas manufaktur Negeri Panda.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengatakan Indonesia sempat menerima limpahan order dari Myanmar dan Vietnam akibat situasi domestik dua negara Asia Tenggara itu.
Peralihan order itu turut memengaruhi kinerja ekspor alas kaki selama kurun Januari sampai Juli 2021 yang naik sekitar 14 persen secara tahunan, selain karena ekspansi oleh industri.
“Kemungkinan ada [peralihan order dari China], tetapi kami belum bisa memperkirakan seberapa besar. Saat gangguan produksi di Vietnam dan Myanmar memengaruhi order dan kami juga ekspansi,” kata Firman, Senin (4/10/2021).
Meski demikian, Firman memperkirakan industri alas kaki tidak secara otomatis bisa menerima limpahan order karena sebagian bahan baku juga dipasok dari China.
Krisis energi di negara tersebut berisiko berdampak pada pasokan bahan baku untuk kontrak-kontrak baru.
“Untuk pemenuhan order yang sudah ada tidak ada masalah. Namun, untuk kontrak baru yang akan datang dikhawatirkan terganggu. Dampaknya bisa seperti awal pandemi saat China lockdown, sehingga kami harus wait and see,” imbuhnya.
Kinerja ekspor alas kaki sendiri untuk sementara memperlihatkan pertumbuhan yang melampaui target. Pelaku usaha optimistis nilai ekspor pada 2021 bisa melampaui rekor 2018 ketika nilainya menembus US$5,1 miliar.
“Pertumbuhan sejauh ini melampaui ekspektasi kami sebelumnya, yaitu 12 persen. Selama Januari sampai Juli 2021 justru sudah mencapai 14 persen, dan pengiriman September sampai Desember adalah peak season,” kata dia.
Ekspor alas kaki dengan kode HS 64 ke China selama periode Januari sampai Agustus 2021 mencapai US$560,27 juta, naik 11,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$502,51 juta.
Sumber : https://ekonomi.bisnis.com